Kontribusi jaringan ikat
pada kekerasan daging juga sangat penting seperti pada jaringan
muskuler. Kandungan, kualitas dan penyebaran jaringan ikat dalam otot
merupakan penanggung jawab utama terhadap perbedaan kekerasan antar otot
(Boccard dkk., 1967).
Pengaruh kandungan kolagen
Pengaruh solubilisasi kolagen
Sifat-sifat
kimiawi dan komposisi asam amino kolagen mempunyai peranan penting
dalam penentuan kekerasan daging. Tingkat solubilitas (Kopp, 1971) dan
proporsi dari berbagai tipe ikatan kimia retikulasi kolagen (croos-link)
(Bailey, 1972 ; Shimokomaki dkk., 1972) berpengaruh terhadap keempukan
daging. Semakin besar jumlah ikatan intra dan inter molekuler pada
molekul kolagen, daging semakin keras. Dengan demikian daging anak sapi
lebih empuk daripada daging sapi kastrasi umur tua, sekalipun kuantitas
jaringan ikat pada anak sapi yang baru lahir lebih banyak daripada
ternak yang lebih tua (Schmitt dan Dumont, 1972). Penelitian Abustam
(1987) memperlihatkan bahwa solubilitas kolagen intramuskuler menurun
dengan meningkatnya umur ternak dan tidak mempunyai hubungan, baik
dengan resistensi mekanik daging mentah maupun dengan tegangan maksimal
pada kontraksi serat kolagen selama pemanasan. Solubilisasi meningkat
secara nyata dimulai pada suhu 70o C dan secara bersamaan terjadi peningkatan kehilangan berat selama pemasakan. Hanya pada suhu 95o C
dengan lama pemasakan 60 menit menghasilkan tingkat solubilisasi
kolagen yang cukup untuk menurunkan tegangan maksimal pada tingkat
destruktif (deformasi) 80 %.
Hasil penelitian yang lain memperlihatkan bahwa dengan menggunakan Nuclear Magnetic Resonance dalam menilai solubilitas kolagen menunjukkan bahwa sesudah denaturasi termik jaringan ikat (70 o
C selama 20 menit) terdapat korelasi yang tinggi (r = - 0,78) antara
persentase populasi proton dengan waktu relaksasi transversal yang
singkat(P2aD) dengan solubilitas jaringan ikat (Abustam, 1987).
Pengaruh morpho-anatomie jaringan ikat
Kondisi pemasakan
Suhu dan lama pemasakan memegang peranan penting pada
perubahan komponen jaringan ikat pada daging. Otot dengan potensi
keempukan yang tinggi memerlukan suhu pemasakan dan waktu pemasakan yang
cepat. Sebaliknya pada otot yang dalam keadaan mentah memperlihatkan
kekerasan yang berarti memerlukn waktu pemasakan yang cukup lama.
Berdasarkan atas sifat kolagen yang membutuhkan suhu untuk mengalami
gelatinisasi pada suhu 80°C,
perlu menjadi pertimbangan penerapannya, dengan waktu pemasakan yang
cukup lama, minimal diatas satu jam. Pemasakan yang melampaui batas
optimal pada daging empuk akan menyebabkan terjadinya pengerasan,
pemasakan berlanjut setelah batas optimal tersebut akan mengakibatkan
pengempukan yang diharapkan. Dengan demikian padanan antara suhu dan
lama pemasakan yang digunakan harus disesuaikan dengan potensi keempukan
dari otot tersebut. Berdasarkan metode pemasakan ini maka dikenal
pemasakan lambat dan pemasakan cepat.
Pengaruh umur
Dapat disimpulkan secara umum, bahwa keempukan menurun dengan
bertambahnya umur (Gambar 3). Namun demikian perbaikan pakan (pemberian
pakan enersi tinggi) pada ternak sapi perah afkir sebelum penyembelihan
untuk memperbaiki kondisinya berdampak terhadap perbaikan keempukan,
lebih empuk dari sapi yang berumur muda dengan kondisi puberitas.
Perbaikan kualitas kolagen melalui terbentuknya kolagen baru (neo
kolagen) yang ditandai dengan sifat kolagen tersebut kembali seperti
pada kolagen anak sapi (sapi muda) yakni ikatan silang yang labil
terhadap panas, dapat menjelaskan fenomena tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar