Gallus Domestika dengan ciri-ciri sebagai berikut
- Ayam ini banyak dipelihara sebagai unggas kesayangan, karena penampilannya yang elok dengan bunyi suara yang indah yaitu perpaduan yang harmonis antara ayam hutan dengan ayam kampung biasa.
- Kualitas ayam bekisar mulai tampak pada umur 6 bulan.
- Ayam bekisar senang berkokok diatas kerekan
- Warna bulu didominasi oleh warna bulu induk betina, tetapi potur tubuh, sifat dan suaranya sangat dipengaruhi oleh induk jantan.
Berdasarkan warna bulu dan keturunannya, ayam bekisar mempunyai beberapa jenis antara lain :
a. Ayam bekisar putih, merupakan
keturunan pertama (F 1) hasil persilangan antara induk jantan ayam hutan
hijau dengan dengan induk betina ayam ras petelur leghorn strain
Fly-line atau babcock dengan ciri-ciri:
- Warna bulu putih bersih
- Sosok badannya cantik dan ramping
- Jengger besar dan merah
- Kakinya agak keputihan
b. Ayam bekisar hitam, merupakan
keturunan pertama (F1) hasil persilangan antara induk jantan ayam hutan
hijau dengan induk betina ayam cemani. Ayam bekisar hitam ini mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
- Seluruh tubuhnya hitam legam
- Seluruh bulunya hitam, termasuk bulu kecil yang baru tumbuh
- Kaki, jari dan mata berwarna hitam polos
c. Ayam bekisar multi warna, merupakan
keturunan per tama (F1) hasil persilangan antara induk jantan ayam
hutan hijau dengan induk betina ayam kampung berbulu merah, hitam,
kuning, abu-abu atau coklat. Warna bulunya berwarna-warni dengan bulu
leher, bulu pelanan dan bulu hias merah menyala.
Cara perkawinan ala KangeanCara perkawinan ala Kangean ini sangat unik. Kebetulan mereka sudah punya jago ayam hutan hijau yang relatif jinak. Hingga pemeliharaannya cukup dengan diikat salah satu kakinya dengan tali kain. Kepada jago ayam hutan hijau itu didekatkan ayam hutan hijau betina. Setelah ayam hutan jantan itu bermaksud untuk mengawininya, maka disusupkan ayam kampung betina di bawah ayam hutan betina tersebut. Untuk itu, sebuah lubang dangkal telah dipersiapkan di “lokasi perkawinan” tersebut. Hingga yang terjadi adalah, jago ayam hutan hijau itu “nangkring” dan mematok ayam hutan betina, tetapi yang dikawininya adalah ayam kampung.
Teknik perkawinan ala Kangean ini disebut sebagai “kawin dodokan”. Selanjutnya, ayam betina kampung yang sudah dikawini jago ayam hutan itu, pantatnya diikatkan tempurung kelapa sebagai “celana”. Maksudnya agar dia tidak dikawini oleh ayam jago kampung. Telur yang dihasilkan oleh ayam betina yang dikawini ayam hutan ini, kalau menetas pasti akan menjadi bekisar sekitar 25 %.
Teknik perkawinan ala Surakarta
Di sini, jago ayam hutan hijau ditaruh dalam satu kurungan dengan ayam betina kampung. Mula-mula mereka ditaruh dalam dua kurungan yang berbeda, tetapu ditaruh berdekatan. Setelah kelihatan bahwa ayam hutan jantan itu naksir, baru mereka disatukan. Perkawinan ala Surakarta ini terjadi secara alamiah. Kendalanya, ayam hutan jantan hanya mau naksir ayam betina kampung yang berperawakan kecil (mirip ayam hutan betina) dan yang warna bulunya “lurik” cokelat abu-abu.
Penyilangan ayam bekisar harus terus menerus dilakukan untuk menghasilkan bekisar, sebab hasil silangan ayam hutan dengan ayam kampung akan selalu mandul. Sampai saat ini, bekisar tetap diproduksi oleh para penangkar. Namun “gaungnya” di masyarakat sudah tidak seperti tahun-tahun 1980an. Di lain pihak, muncul pula upaya untuk melestarikan keberadaan ayam bekisar yang habitat aslinya semakin rusak. Upaya itu adalah dengan “domestifikasi”. Salah satu institusi yang sudah mulai tampak berhasil menjinakkan ayam bekisar adalah Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar