Class : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Sub ordo : Sus
Spesis : Sus Scrofa Sus Vittatus
Sus Vittatus merupakan babi liar yang berasal dari Asia Timur dan Tenggara dan juga sus scrofa adalah babi Eropa liar sekarang yang dahulu juga berada di Asia Barat Sus Vittatus
adalah jenis bangsa babi liar yang paling awal atau paling lama
dijinakkan. hal ini bisa dibuktikan bahwa semenjak tahun 4900 SM Cina
telah memiliki dua bangsa babi piaraan yaitu Chinese dan Siamese. Sedang
penjinakan Sus Scrofa baru dikenal setelahnya. Di Inggris,
pemeliharaan babi ini baru dikenal pada tahun 800 SM. Babi asli
Indonesia berasal dari babi hutan yang sampai sekarang masih terdapat di
hutan dan hidup liar dan babi ini terkenal dengan nama babi celeng (sus verrucosus).
Untuk meningkatkan kualitas babi di Indonesia pernah dilakukan impor
babi dari luar negeri seperti Hampshire, Yorkshire, Tamworth, VNL dan
VDL.
Dewasa
ini bangsa – bangsa babi telah dikelompokkan menjadi beberapa tipe.
Tipe yang umum dikenal ada 3 yaitu babi tipe lemak (lard type), tipe
daging (meat type atau pork type) dan tipe sedang (bacon type). Bangsa
babi yang ada di Indonesia umumnya cenderung kearah tipe lemak. Ciri –
ciri babi tipe lemak adalah ukuran tubuh berlebihan cepat atau mudah
menjadi gemuk, ukuran babi pendek dan kemampuan dalam membentuk lemak
cukup tinggi. Babi yang tergolong tipe daging antara lain Hampshire,
Polland China, Duroc, dan yang tergolong tipe sedang adalah Yorkshire,
Tamworth dan Landrace.
Berdasarkan
permintaan konsumen, sampai saat ini babi tipe lemak menjadi tidak
populer lagi. Masyarakat mulai mengalihkan perhatian kepada babi tipe
daging, oleh sebab itu peternak mengalihkan perhatian kepada babi tipe
daging (meat type). Untuk bangsa babi di Indonesia, belum dapat
dikelompokkan ke dalam salah satu tipe yang dikehendaki oleh konsumen.
Jadi tipe babi Indonesia memiliki sifat yang masih campuran, tetapi ada
tendensi mengarah kepada babi tipe lemak. Babi adalah ternak monogastrik
yang mampu mengubah bahan makanan secara efisien. Limbah pertanian,
peternakan dan sisa makanan manusia yang tidak termakan dapat digunakan
oleh babi untuk menjadi produksi daging. Besarnya konversi babi terhadap
ransum ialah 3,5 artinya untuk menghasilkan berat babi 1 kg dibutuhkan
makanan sebanyak 3,5 kg ransum .
Babi
memiliki sifat prolifik, yakni banyak anak dalam satu kali kelahiran.
Jumlah anak yang dilahirkan berkisar antara 8 – 14 ekor dalam satu
kelahiran dengan rata – rata 2 kali kelahiran per tahun. Babi dara dapat
dikawinkan pada umur 8 bulan, beranak pada umur 1 tahun dan anak –
anaknya dapat mencapai berat ± 100 kg pada umur 5 – 6 bulan bila
dipelihara pada keadaan sehat.
Babi Periode Grower
Dari
ketiga fase pertumbuhan yaitu starter, grower dan finisher, fase grower
adalah saat – saat pertumbuhan babi yang paling cepat dan merupakan
fase yang paling efisien dalam mengkonversikan makanan untuk mencapai
berat hidup. Jadi babi yang mendekati kedewasaannya, maka perbandingan
konversi makanan akan menjadi lebih luas. Hal ini berarti keperluan
makanan yang dipergunakan untuk meningkatkan berat badan akan lebih
banyak pula. Babi periode grower yaitu babi yang memiliki
bobot rata – rata 35 kg hingga mencapai bobot badan 60 kg atau dri umur
16 minggu sampai mencapai umur 24 minggu. Periode grower merupakan
periode yang harus diperhatikan akan kebutuhan zat makanannya, dan
ransum yang bermutu tinggi adalah salah satu faktor terpenting yang
mempengaruhi performans babi grower. Ransum yang terdiri dari pakan yang
bermutu tinggi dan disusun memenuhi kebutuhan zat- zat makanan babi dan
dicampur baik adalah syarat untuk memperoleh performans yang optimal.
Menurut
NRC (1998) kebutuhan zat makanan ransum babi periode grower yaitu
energi metabolisme sebanyak 3265 kkal, protein kasar sebanyak 15% dan
kandungan serat kasar ransum sebesar 5%. Pertambahan bobot badan yang
diharapkan 0,497 – 0,606 kg/hari dan konsumsi ransum sebanyak 1,90 –
2,53 kg/hari. Konsumsi harian babi periode grower dengan bobot badan 30 –
70 kg sebesar 2160 gr/hari. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai kebutuhan zat makanan babi periode grower dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel . Kebutuhan zat – zat makanan babi periode grower
Zat Makanan Kebutuhan
—–%—–
Protein Kasar 15,00
Serat Kasar 5,00
Lisin 0,60
Ca 0,50
P 0,45
Energi Metabolisme 3265,00
Konsumsi Ransum Babi Grower
Ransum
adalah makanan yang diberikan pada ternak selama 24 jam yang terdiri
dari dua atau lebih bahan makanan. Tujuan pemberian ransum adalah
menjamin pertambahan bobot badan yang ekonomis selama pertumbuhan dan
penggemukan berlangsung. Ransum yang sempurna akan memberi jaminan
terhadap pertumbuhan yang baik, yaitu kombinasi beberapa bahan makanan
yang bila dikonsumsi secara normal dapat memenuhi kebutuhan zat makanan
kepada ternak sehingga fungsi biologis dalam tubuh berjalan secara
normal. Babi akan dapat mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi
sesuai dengan potensi genetiknya bila memperoleh zat- zat makanan yang
dibutuhkan.
Faktor
yang mempengaruhi konsumsi ransum terbagi dua yaitu yang secara
langsung berpengaruh pada besar dan berat badan, umur, kondisi ternak
serta cekaman yang diakibatkan oleh lingkungan seperti temperatur,
kelembaban udara dan sinar matahari, semakin tinggi temperatur maka
konsumsi ransum akan semakin rendah dan meningkatnya temperatur
lingkungan akan menurunkan konsumsi ransum yang diikuti dengan
meningkatnya respirasi. Temperatur lingkungan yang optimal untuk ternak
babi dengan bobot badan 20 – 50 kg adalah 18 – 22 ° C.
Palatabilitas
merupakan faktor penting yang menentukan tingkat konsumsi ransum dan
tergantung pada bau, rasa, tekstur dan suhu, faktor umum yang
mempengaruhi konsumsi adalah palatabilitas ternak terhadap ransum yang
diberikan, namun semuanya itu tergantung daripada kandungan zat bahan
makanan yang terkandung dalam ransum, salah satunya dengan penambahan
zat aditif yang diharapkan ternak mencapai produktivitas yang tinggi. Feed Additive
dapat digunakan untuk memperbaiki aroma ransum dan meningkatkan
konsumsi ransum, selain itu mampu mengoptimalkan daya serap makanan oleh
usus halus akibat rangsangan feed additive terhadap organ pencernaan tertentu pada ternak. Bentuk feed additive yang dipergunakan dapat berasal dari bahan kimia sintetis ataupun ekstraksi tanaman seperti curcuminoid dimana tujuannya adalah untuk memperoleh konsumsi ransum yang optimal.
Pertumbuhan Babi
Cara
umum untuk menyatakan pertumbuhan adalah dengan mengukur kenaikan bobot
badan yang mudah dilakukan dan biasanya dinyatakan sebagai pertambahan
bobot badan harian atau Average Daily Gain (ADG), sedangkan
pertumbuhan yang diperoleh dengan menghubungkan bobot badan dengan umur
akan menghasilkan kurva pertumbuhan (Lang, 1981). Tahap – tahap
pertumbuhan membentuk kurva sigmoid. Pada grafik pertumbuhan yang
ditentukan oleh tingkat konsumsi tinggi, pertumbuhan juga
cepat, sedangkan bila terjadi penurunan konsumsi dapat memperlambat
kecepatan pertumbuhan. Besarnya kenaikan bobot badan ternak dipengaruhi
oleh jumlah ransum yang dikonsumsi, selain itu dengan penambahan makanan
tambahan tertentu dalam ransum juga mampu lebih meningkatkan kualitas
ransum sehingga tujuan peningkatan produksi dengan pertumbuhan yang
optimal dapat dicapai.
Pertumbuhan
memiliki banyak pengertian, seperti yang telah dikemukakan oleh
beberapa peneliti antara lain pertumbuhan meliputi perbanyakan jumlah
sel (hiperplasi) serta peningkatan ukuran sel (hipertropi). pertumbuhan
merupakan manifestasi perubahan fisik yang menunjukkan bahwa organisme
yang sedang tumbuh mengalami perubahan – perubahan baik konformasi,
berat atau ukuran tubuh secara teratur. Pertumbuhan adalah suatu
kenaikan ukuran daging, tulang, organ – organ dalam dan bagian tubuh
lain serta merupakan dasar dari produksi ternak. Pertumbuhan adalah
proses yang sangat kompleks bukan saja pertambahan bobot badan tetapi
juga menyangkut pertumbuhan semua organ tubuh secara serentak.
Pertumbuhan
dan kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor. faktor
makanan yang mempengaruhi pertumbuhan adalah kandungan zat makanan serta
daya cerna bahan makanan tersebut. faktor genetik, hormon dan kastrasi.
Pada babi, kastrasi merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
mempercepat laju pertumbuhan, selain kandungan zat makanan seperti
protein yang menempati urutan paling penting diantara zat – zat makanan
yang dibutuhkan lainnya untuk hidup pokok dan produksi. Kecepatan
pertumbuhan suatu tenak dipengaruhi oleh bebeapa faktor yaitu bangsa,
jenis kelamin, umur, makanan serta kondisi lingkungannya.
Efisiensi Pakan
Efisiensi
pakan adalah kemampuan ternak mengubah ransum ke dalam bentuk tambahan
bobot badan. efisiensi ransum tergantung kepada aktivitas fisiologi
ternak, efisiensi penggunaan ransum akan menurun apabila suhu meningkat
di atas suhu kritis. Efisiensi pakan adalah jumlah produksi satuan
makanan yang dikonsumsi, hal ini menunjukkan bahwa efisiensi pakan dapat
dijadikan kriteria untuk menunjukkan kualitas ransum.
Efisiensi
pakan berkaitan erat dengan rataan pertambahan bobot badan harian dan
konsumsi. Efisiensi penggunaan ransum merupakan perbandingan dari rataan
pertambahan bobot badan dengan konsumsi bahan kering harian, efisiensi
penggunaan pakan pada ransum yang mengandung protein tinggi, nyata lebih
tinggi dibandingkan dengan yang mengandung protein rendah. Hal ini
sangat mendukung terhadap pertumbuhan yang mengutamakan protein sebagai
kandungan bahan pakan dimana pada akhirnya memberikan dampak yang lebih
baik pada ternak untuk meningkatkan pertambahan bobot badan yang
diharapkan. Kandungan zat makanan yang buruk akan menyebabkan efisiensi
pakan yang buruk.
0 komentar:
Posting Komentar