Pengertian
Milk
Fever atau parturient paresis merupakan penyakit metabolik yang sering
terjadi pada sapi perah. Milk fever disebabkan kondisi hypocalcemia
dimana kadar Ca di dalam darah rendah (<8>
Sapi
hypocalcemia umumnya disertai gangguan lain berupa produksi susu yang
rendah, displaced abomasum, placenta tertahan, ketosis, mastitis, serta
gangguan lainnya (Hutjens, 2003 & Jackson, 2007). Hypocalcemia
menyebabkan kelemahan dan rebah terutama pada sapi yang lebih tua.
Survey di AS pada tahun 2002 terhadap 1400 sapi perah ditemukan kadar Ca
dibawah 8 mg/dl pada sapi laktasi I, II dan III masing-masing sebanyak
25, 42 dan 53 persen (Hutjens, 2003). Hypocalcemia jarang terjadi pada
sapi potong. Periparturient hypocalcemia pada sapi potong terutama
berkaitan dengan kondisi tetany karena kekurangan magnesium (Moisan,
1994).
Kalsium di dalam tubuh sapi berperan penting dalam fungsi persyarafan. Oleh karena itu, apabila kadar Kalsium dalam darah turun dengan drastis maka pengaturan urat syaraf akan berhenti, sehingga fungsi otak pun terganggu. Hal ini dapat menyebabkan kelumpuhan pada ternak.
Pada akhir masa kebuntingan, kebutuhan sapi akan Kalsium cukup tinggi, sebab jumlah Kalsium yang dibutuhkan cukup besar. Oleh karenanya apabila Kalsium dalam ransum tidak mencukupi, maka Kalsium yang berada dalam tubuh akan dimobilisasikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pada awal laktasi, kebutuhan Kalsium juga meningkat, sebab setiap kg air susu mengandung Kalsium 1,2 sampai dengan 1,4 gram. Sedangkan Kalsisum dalam darah adalah 9 – 12 mg/100ml, sehingga sekresi susu yang mendekati 2 kg akan memerlukan semua Ca yang terdapat dalam darah, padahal jumlah Kalsium dalam darah tidak dapat kurang. Jika keadaan Kalsium dalam darh tidak dapat dipertahankan maka sapi akan mengalami Paresis Puerpuralis atau Milk Fever.
Adapun faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan gangguan ini meliputi umur, produksi serta persistensi produksi susu. Pemberian Kalsium dengan kadar tinggi dan perbandingan Kalsium dan Posfor yang tinggi di dalam ransum kepada sapi perah pada periode kering dapat merangsang pelepasan calcitonin dari sel-sel parafolikuler pada kelenjar thyroid, sehingga menghambat penyerapan (resorbsi) Kalsium ke dalam tulang oleh parathormon.
Hypercalcemia (tingginya kadar Kalsium dalam darah) menghambat sekresi parathormon dan merangsang sekresi (pengeluaran) calcitonin. Calcitonin merupakan suatu zat yang dapat menurunkan konsentrasi Kalsium dalam darah dengan jalan menghambat resorbsi oleh tulang. Pengauh ini cenderung menghambat adaptasi normal sapi tersebut terhadap kekurangan Kalsium pada permulaan partus dan laktasi yang menyebabkan terjadinya kelumpuhan. Kelumpuhan (paralisa) ini biasanya berhubungan dengan kadar Kalsium dalam darah di bawah 5 mg/100 ml serum.
GEJALA PENYAKIT
Gejala penyakit pada tingkat masih rendah, sapi masih dapat berdiri, tetapi nafsu makan hilang, kurang peka terhadap lingkungan,kaki dan telinga dinging, suhu badan rendah kurang lebih 35˚C, kaki belakang lemah dan sulit berkurang atau berhenti sehingga terjadi penimbunan gas di dalam rumen. Kalau semakin parah sapi hanya mampu bertahan 6 sampai dengan 24 jam saja. Sebenarnya angka kesembuhannya cukup baik dan tingkat mortalitas kurang dari 2-3 % apabila segera diketahui dan diberikan pertolongan.
PENGOBATAN
Pengobatan sapi yang menampakkan gejala adalah penyuntikan 750 s/d 1500 ml Gluconas calcium 20 % secara intravena pada vena jugularis. Suntikan dapat diulangi kembali setelah 8 sampai 12 jam kemudian.
Apabila belum menampakkan hasil hewan dapat diberikan preparat yang mengandung magnesium. Hanya sedikit air susu yang boleh diperah selam 2 sampai 3 hari. Pengosongan ambing sebaiknya dihindarkan selama waktu tersebut.
Untuk mencegah terjadinya Paresis peurpuralis, kadar Kalsium dalam ransum harus dikurangi pada akhir periode laktasi. Pemberian kosentrat dapat diberikan + 2 kg/hari atau selama periode kering kandang dengan mengurangi pemberian legum atau suplemen mineral. Peningkatan pemberian konsentrat baru dapat dilakukan 2 minggu menjelang sapi akan melahirkan.
0 komentar:
Posting Komentar