Pada umumnya
ayam kampung dipelihara oleh masyarakat
secara ala kadarnya dan tidak mempertimbangkan produktivitas dan nilai
ekonomis. Hal ini wajar karena sebagian besar
memelihara ayam kampung
hanya sekedar untuk mengisi waktu luang atau sekedar hobi saja. Alhasil
cara pemeliharaan, kebutuhan nutrisi dan perkandangan juga tidak
terlalu diperhatikan dengan baik. Cara beternak seperti ini tentu tidak
bisa diandalkan jika beternak ayam kampung akan dijadikan sebagai sumber
penghasilan keluarga.
Potensi bisnis ayam kampung terutama untuk usaha kecil dan menengah sebenaranya
cukup baik, jika dikelola dengan baik dan menerapkan kaidah-kaidah
usaha. Keuntungan ekonomi merupakan target utama yang harus dihasilkan.
Kepuasan peternak akan ditentukan dengan seberapa banyak nilai ekonomi
yang dihasilkan dari peternakan yang dijalankan.
Potensi bisnis ayam kampung
meliputi dua hal yaitu
untuk pemenuhan daging ayam kampung dan pemenuhan telur ayam kampung.
Dua tujuan pemeliharaan tersebut harus dikelola dengan benar jika ingin
menghasilkan nilai tambah ekonomi.
Tata Laksana Pemeliharaan Ayam Kampung
1. Penentuan Lokasi
Syarat-syarat lokasi yang dipillih dalam beternak ayam kampung petelur adalah:
1. Lokasi tidak jauh dari pemasaran hasil dan sumber-sumber faktor
produksi. Jika keduanya tidak bisa diperoleh secara bersamaan maka yang
diutamakan adalah dekat dengan sumber factor produksi. Bila jauh dengan
pemasaran, ada kemungkinan pembeli mengambil sendiri ke lokasi
peternakan.
2. Lokasi harus jauh dari keramaian, tetapi ada jalur transportasi dan
komunikasi. Keramaian akan mengganggu ternak dan sebaliknya. Sedangkan
jalur transportasi adalah untuk memudahkan pemasaran hasil dan
penyediaan factor produksi.
3. Lokasi seharusnya memenuhi aturan tataguna lahan dari pemerintah
daerah setempat. Hal ini perlu karena kawasan akan terus berkembang
sesuai dengan peruntukannya. Jangan sapai peternak memilih lokasi yang
peruntukkannya ke depan sebagai pusat perkantoran atau pemukiman.
4. Lokasi hendaknya mempunyai sumber-sumber air bersih yang cukup, tidak di bawah lembah atau di atas bukit.
2. Pemilihan Bibit
Pemilihan bibit dapat dilakukan dengan memilih calon indukan yang
sejenis, yaitu bentuk badan seragam, besar kecilnya seukuran dan umurnya
tidak terpaut jauh. Sebaiknya calon induk telah berumur paling tidak 7
bulan.
Calon bibit tersebut sebaiknya secara turun temurun memiliki sifat-sifat
pembawaan yang baik dan sehat, tidak terdapat bagian tubuh yang cacat,
berasal dari kelompok atau kawanan ayam yang terpilih, pertumbuhan
badannya baik dan hasil telurnya banyak.
Calon bibit yang baik memiliki beberapa sifat yang khas. Di antaranya
adalah tingkah lakunya yang gembira, gerakannya kuat dan tangkas, tidak
taku didekati orang, suaranya agak ramai apabila didekati dan diberi
makan, nafsu makannya baik dan aktf mencari makan sepanjang hari, keluar
kandang pagi-pagi dan baru masuk kandang setelah matahari terbenam.
Ayam yang baik untuk bibit juga berbulu mengkilap dan cerah. Ayam yang
sehat dan normal dapat ditilik dengan melihat tanda-tanda fisiknya
sebagai berikut:
1. Bagian tubuh. Bangun tubuhnya tidak ada kelainan, selaras dan sesuai dengan jenis ayamnya.
2. Pertulangan. Tulang harus kuat dan normal.
3. Perototan. Otot gempal, padat, berisi dan tidka berlemak. Ini dapat
diperkirakan dengan meraba tulang dada dan paha. Cara ini juga dapat
diginakan untuk menafsirkan keadaan umum tubuh, eksehatan dan gaya hidup
ayam yang bersangkutan.
4. Kulit. Keadaan kulit bila diraba terasa lembut, agak basah, dan tidak
ada bagian yang rusak atau cacat. Warnanya segar agak mengkilap.
5. Bulu. Bentuk bulu mencerminkan keadaan kulit, kesehatan dan gaya
hidup ayam bersangkutan. Bulu ayam yang haslus letaknya teratur pada
tubuh, menghimpit rapat seolah-olah tidak ada ruang kosong diantara
bulu-bulu tersebut. Bentuk dan besar bulu harus sesuai dengan jenis
puspa ragam dari jenis ayam bersangkutan. Semkain mengkilap maka semakin
kuat dan sehat ayam bersangkutan.
6. Suhu badan. Suhu badan normal, sekitar 41-42 oC. 7. Berat badan. Berat badan harus sesuai dengan jenis ayam bersangkutan.
8. Kepala. Kepala berbentuk bulat panjang, tidak terlalu gepeng dan
berbangun kasar. Jengger kokoh dan kuat, tidak tipis dan tidak terlalu
besar. Warnanya merah menyala, agak mengkilap. Bila dipegang terasa
hangat, lentur dan berjaringan halus. Gelang kuping dan daun telinga
bentuknya bulat panjang atau jorong, warnanya tegas, tidak suram.
9. Mata. Mata bewrbentuk bulat, agak melotot sedikit, membuka luas
kurang lebih di tengah pipi (samping kepala), bebas dari jarigan tubuh
yang mengganggu penglihatan. Pemandangan cerah ceria, penuh perhatian,
dan gemar melakukan sesuatu. Ghelang mata segar, berwarna kuning
kemerah-merahan dan tidak lemah. Selaput lender mata jernih, mengkilap,
dan selalu basah. Selaput bening mata jernih dan selalu basah.
10. Leher. Jangan terlalu panjang dan terlalu pendek, kecuali jenis tertentu seperti pelung.
11. Dada. Bentuk dada agak montok ke depan, lebar dan kuat. Leher dan
dada harus merupakan satu kesatuan yang kokoh. Tembolok terisi penuh,
regang, tapi tidak terlalu keras.
12. Badan dan tubuh bagian belakang. Badan agak panjang, lebar dan
dalam. Hal ini menandakan bahwa alat-alat tubuhnya berada pada posisi
yang tepat dan seharusnya. Tubuh bagian belakang harus penuh dan dalam.
Tubuh belakang ayam yang terbesar terletak terletak di belakang garis
melintang antara kedua kaki ayam. Punggung panjang, lebar, dan lurus.
Punggung datar, tidak melengkung.
13. Perut penelur. Perut penelur terletak dia natara di belakang garis
melintang antara kedua kaki, dengan jarak anatara kedua kaki cukup
lebar. Jarak antara ujung utlang dada dan tulang kelangkang sekitar 3 – 4
jari orang dewasa. Perut penelur ini kalau diraba tarasa halus dan
lunak seperti beludru, bentuknya bulat cembung.
14. Sayap. Sayap harus normal dan kuat. Tidak boleh tergantung atau terkulai lemah, harus menghimpit tepat pada badan.
15. Dubur. Dubur ayam yang sehat bentuknya lebar, bulat dan basah. Kulit
di sekitar dubur tidak berkerut atau berwarna kuning tua, tetapi
keputih-putihan dan tidak kotor oleh tahi ayam yang mongering. Bulu di
sekitar dubur kering dan bersih.
16. Kaki. Kaki harus kuat dan kokoh. Tidak terlalu besar atau kecil.
Jari-jarinya menghampar, dengan bentuk kuku tidak terlalu panjang atau
bengkok. Taji tidak panjang tetapi kuat. Sisik kaki menghimpit rata,
tersusun teratur, dan keadaannya licin mengkilap. Warna sesuai dengan
jenis ayam bersangkutan.
17. Ekor. Ekor terbangun sesuai dengan jenis ayamnya. Bulu pangkal sampai ujungnya tidak cacat.
3. Perkandangan
Dalam masalah perkandangan ayam kampung ada beberapa batasan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk anak ayam dalam indukan setiap meter persegi cukup 30 ekor.
2. Untuk ayam remaja sebelum memasuki masa bertelur, per meter persegi
cukup untuk 14 – 16 ekor, bisa dikurangi sesuai dengan peningkatan umur
dan ukuran tubuh.
3. Untuk ayam yang siap dan telah memasuki masa bertelur adalah 6 ekor
per meter persegi. Berdasarkan sistem lanatainya, maka kandang ayam
kampung dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kandang sistem lantai liter
dan kandang dengan lantai cage.
Kandang lantai liter adalah kadang yang lantainya dilapisi denga liter
berupa serbuk gergaji atau sekam padi setebal sekitar 6 cm. Sistem ini
sebenarnya cocok untuk ayam kampung bibit. Sedangkan sistem lantai cage
adalah dengan adanya jarak antara tanah/lantai dengan dasar kandang.
Model ini cocok untuk petelur.
Pada sistem kedua ini, disebut juga dengan sistem batery, cage dibuat
miring ke depan sehingga bila ayam bertelur maka telurnya segera
menggelinding kea rah depat yang telah disiapkan tempat penampung telur
sehingga petugas dapat dengan mudah mengumpulkan telurnya.
4. Pakan dan Nutrisi
Pemberian pakan merupakan bagian penting dalam usaha peternakan ayam
kampung petelur. Pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan untuk
produksi telur. Untuk itu secara nutrisi harus memenuhi semua yang
dibutuhkan.
Paling tidak ada 6 kelompok nutrisi yang harus terpenuhi di dalam pakan
ayam. Keenam kelompok nutrisi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Air
Biasanya ayam mengkonsumsi air sebanyak 2 – 2,5 gram air untuk setiap
pakan yang dikonsumsi selama masa awal dan pertumbuhan. Pada masa
bertelur (petelur), ayam meminum sebanyak 1,5 – 2 gram air untuk setiap
gram pakan yang dikonsumsi. Karena rata-rata ransum ayam yang diberikan
mengandung tidak lebih dari 10% air maka penyediaan air minum yang
bersih mutlak diberikan secara ad libitum.
2. Protein
Protein merupakan nutrisi utama yang dibutuhkan bagi ayam kampung
petelur. Rata-rata kebutuhan protein untuk petelur adalah berkisar
antara 16 – 17%. Selain secara kuantitatif, protein pakan juga harus
mengandung asam amino yang lengkap, terutama asam amino esensial, yaitu
yang tidak dapat disintesis di dalam tubuh ayam.
3. Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat dalam pakan ayam adalah sebagai sumber energy.
Biji-bijian sereal dan turunannya merupakan sumber karbohidrat yang
baik.
4. Lemak
Ayam petelur memerlukan asam lemak esensial seperti asam linoleat.
Selain itu lemak juga menyumbangkan energy bagi ternak. Pada umumya
bahan pakan seperti dedak mengandung 2,5% lemak.
5. Mineral
Mineral penting bagi ayam petelur terutama adalah kalsium (Ca), Fosfor
(P), Natrium (Na), Magnesium (Mg) dan lain-lain. Mineral-mineral
tersebut penting karena terkait dengan pembentukan telur.
6. Vitamin
Vitamin pada umumnya berperan sebagai ko-enzim dan regulator metabolism.
Pakan yang defisiensi vitamin akan menurunkan produktivitas telur.
Jenis pakan dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe berdasarkan periode umur ayam, yaitu:
1. Pakan starter, yaitu pakan yang diberikan untuk DOC hingga berumur 8 minggu dan dalam bentuk remahan (mash).
2. Pakan grower, yaitru diberikan kepada ayam berumur 8 – 20 minggu atau hingga mulai bertelur.
3. Pakan layer, yaitu diberikan untuk ayam periode bertelur.
5. Manajemen Pemeliharaan Ayam Kampung
Dalam usaha peternakan ayam kampong dengan tujuan untuk menghasilkan telur, yang penting diperhatikan adalah perihal manajemen.
Manajemen ini meliputi pemberian pakan dan minum, kebersihan dan
kesehatan kandang, pemanenan dan pemasaran. Manajemen pakan dan minum
harus memperhatikan pula kebutuhan nutrisi ayam petelur.
Air dan pakan yang diberikan secara ad libitum agar terjamin kebutuhan
nutrisinya. Kecukupan akan pakan menghidarkan ayam dari stress dan
terjaganya produksi telurnya. Kebersihan dan kesehatan kandang akan
membawa ayam pada kondisi nyaman sehingga menhindari stress.
Kandang dan lingkungannya yang bersih juga menghidari adanya kontaminasi
mikroba, serangan hama dan penyakit ternak. Pemanenan telur yang
dihasilkan harus segera untuk menghindari telur kotor akibat tercampur
feses atau sisa-sisa pakan pada kandang. Hal ini untuk menjamin mutu
telur yang dihasilkan. Namun demikian, pemanenan tidak juga harus
terlalu sering karena dapat menyebabkan ayam stress.