Kalau
kita cermati limbah kakao berupa cangkang buah merupakan komposisi
terbesar dari buah kakao (75 %) yang berpotensi sebagai pakan ternak.
Setelah melalui fermentasi maka limbah cangkang kakao tersebut menjadi
pakan ternak bergizi tinggi yang dapat meningkatkan produksi ternak
secara nyata. Sebagai contoh penambahan pakan limbah kakao sebanyak 100 –
200 gram/ekor/hari mampu meningkatkan pertumbuhan kambing muda sebesar
119 gram/ekor/hari dibandingkan jika hanya diberikan hijauan makanan
ternak (HMT), pertumbuhan hanya mencapai 64 gram/ekor/hari.
Kulit
buah kakao merupakan limbah perkebunan kakao yang sangat potensial,
mempunyai nilai produktif yang bisa dikembangkan para petani dan banyak
mengandung hara mineral khususnya K dan N serta serat, lemak dan
sejumlah asam organic yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kulit
buah kakao selain untuk pakan ternak, juga sebagai bahan baku kompos/
pupuk organic yang bagi petani ternak merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dalam proses produksi karena merupakan investasi yang dapat
dipergunakan pada kondisi krisis, juga berfungsi sebagai sumber pupuk
kandang. Kulit buah kakao sebelumnya hanya dijadikan limbah, maka dengan
memanfaatkan melalui proses fermentasi limbah tersebut akan bernilai
tambah dan efisian. Pada kakao limbahnya berupa cangkang sekitar 73%
dari total buah.
Berdasarkan
kajian Direktur Eksekutif Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI),
dan Peneliti PPKKI Jember, kulit buah kakao banyak mengandung hara
mineral khususnya kalium dan nitrogen dalam jumlah yang cukup tinggi dan
jika diolah dengan teknologi khusus bisa dimanfaatkan untuk pakan
ternak yang memiliki prospek yang bagus.
Di
lihat dari aspek nutrisi yang terkandung dalam kulit buah kakao maka
kelemahan kulit kakao apabila digunakan langsung sebagai pakan ternak
mengandung kadar serat yang tinggi, protein rendah, mengandung alkaloid theobromin
serta asam fitat yang dapat mengakibatkan diare pada ternak. Kandungan
asam fitat yang tinggi juga dapat menurunkan kamampuan usus ruminansia
(sapi,kambing,kerbau) dalam menyerap zat-zat makanan.
Untuk
memanfaatkan limbah kulit kakao menjadi bahan pakan ternak dengan nilai
nutrisi tinggi diperlukan suatu proses pembuatan pakan ternak melalui
fermentasi dengan menggunakan jamur Aspergillus niger dengan teknologi pembuatan pakan ternak sebagai berikut :
a. Kulit dicacah untuk memperkecil ukuran
b. Difermentasi dengan larutan aspergillus niger selama 4 – 5 hari.
c. Dijemur hingga kering selama 2 – 3 hari.
d. Digiling sampai menjadi tepung halus.
e. Dicampur ransom
Sebelum digunakan Aspergillus niger di
larutkan dengan air steril tanpa kaporit. Seperti mata air atau air
sumur yang bersih, bisa menggunakan air hujan atau sungai tetapi harus
dimasak lebih dahulu, kemudian didinginkan. Kedalam air steril yang
dingin dimasukkan gula pasir, urea dan NPK kemudian dilarutkan. Dengan
fermentasi Aspergillus niger
mampu meningkatkan nilai nutrisi limbah dengan kandungan protein
meningkat dari 9,88% menjadi 17,12%. Kandungan serat kasar turun yakni
dari 7,10% menjadi 4,15%, hal ini menunjukkan bahwa aspergillus niger mampu meningkatkan niali gizi limbah kakao sebagai bahan pakan ternak.
Pemberian
kulit kakao sebagai pakan kambing mengurangi porsi pemeberian rumput
yang harus disediakan peternak khususnya pada pola usaha intensif
(dikandangkan penuh).
Hasil
penelitian usaha pola integrasi (tanaman dan ternak) di Propinsi
Lampung menunjukan bahwa jumlah kulit kakao yang diberikan peternak
sebagai bahan pakan kambing mencapai 2 – 3 kg/ekor/hari pada ternak
dewasa. Hal itu cukup membantu peternak sebagai bahan pakan kambing yang
dinyatakan mampu menghemat tenaga kerja dalam penyediaan pakan hijauan
mencapai 50 persen.
Pakan
ternak dalam sistim pemeliharaan ternak tak hanya mampu disediakan dari
kebun milik petani sendiri namun secara berkelanjutan didukung oleh
wilayah yang ada disekitar petani sebagai potensi penghasil sumber
pakan.
0 komentar:
Posting Komentar